Monetize,,,,

October 02, 2012

Dampak Handphone Bagi Pelajar


  
Semakin lama, perkembangan teknologi di dunia semakin canggih, salah satunya adalah Handphone. Banyak segi positif (keuntungan) karena perkembangan tersebut, tak sedikit juga dampak negatif yang ditimbulkannya. Kali ini saya akan membahas tentang keuntungan Handphone dan dampak yang diakibatkan bagi pelajarsebagai berikut :
 
A. Keuntungan Handphone Bagi Pelajar
1.      Mempermudah komunikasi (Melakukan komunikasi dengan orang tua)
2.      Peran ini memang vital terutama bagi siswa yang relatif jauh rumahnya dari sekolah dan ada kendala transportasi. Untuk itu peranan HP sangat penting sekali untuk memastikan kapan dan kapan jemputan diperlukan.
3.      Mencari informasi IPTEK lewat internet, hal ini dimungkinkan dengan penemuan seri HP canggih generasi 3G yang memberikan kesempatan penggunanya untuk browsing internet lewat Handphone.
4.      Memperluas jaringan persahabatan dengan mengakses jejaring sosial yang bisa kita dapatkan dengan mendownload aplikasi java yang sesuai dengan handphone kita.*
5.      Mempermudah kegiatan belajar, handphone yang dilengkapi feature seperti Document Viewer dapat membantu pelajar dalam mempelajari materi dalam bentuk ebook atau pdf secara portable dengan mudah.*
6.      Membantu pelajar untuk berlatih English conversation dengan format Mp3 atau Mp4.*
7.      Menghilangkan kepenatan pelajar setelah belajar dengan mendengarkan music dengan feature Mp3 player atau radio Fm*.

Keterangan :
* untuk ponsel yang mendukung Feature tersebut



B.        Dampak Negatif
1.  Mengganggu Perkembangan Anak (Menurunnya konsentrasi belajar) : Dengan canggihnya feature-feature yang tersedia di hand phone (HP) seperti : kamera, permainan (games) akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah. Tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima panggilan, sms, miscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri. Lebih parah lagi ada yang menggunakan HP untuk mencontek (curang) dalam ulangan. Bermain game saat guru menjelaskan pelajaran dan sebagainya. Kalau hal tersebut dibiarkan, maka generasi yang kita harapkan akan menjadi budak teknologi.
2.     Efek radiasi Selain berbagai kontroversi di seputar dampak negatif penggunaannya,. penggunaan HP juga berakibat buruk terhadap kesehatan, ada baiknya siswa lebih hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan atau memilih HP, khususnya bagi pelajar anak-anak. Jika memang tidak terlalu diperlukan, sebaiknya anak-anak jangan dulu diberi kesempatan menggunakan HP secara permanen.
3.     Rawan terhadap tindak kejahatan. Ingat, pelajar merupakan salah satu target utama dari pada penjahat.
4.     Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. 
5.     Dengan keisengan pelajar yang labil, mereka menggunakan HP untuk saling bertukar gambar porno dan bercanda lewat sms dengan kata-kata yang menjurus porno pula. Ini adalah akibat yang paling serius dari pemilikan HP yang tak memiliki tujuan yang jelas. 
6.     Menambah pengeluaran ekstra alias boros, bila sebelumnya orang tua cukup memberi uang jajan dan transport setelah memiliki HP harus menambah uang beli pulsa. Dan karena sebagian besar siswa belum memiliki skala prioritas dalam pembelajaran, maka sebagaian siswa menghabiskan uang mereka untuk membeli pulsa. Mereka rela tidak jajan asal bisa ber-sms ria dengan temannya. Bahkan kebutuhan untuk membeli buku atau keperluan belajar lainnya bisa kalah dengan kebutuhan membeli pulsa. Apalagi kalau HP hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan yang saja.
7.     Menurut Dr Imre Fejes, juru bicara tim peneliti konsentrasi dan kualitas sperma pada pria yang terkena radiasi telepon genggam berkepanjangan lebih buruk ketimbang sperma pada pria yang jarang menenteng-nenteng telepon seluler.

August 28, 2012

Makalah Psikologi Konseling



BAB I
KONSELING SEBAGAI SATU PENGALAMAN BARU
Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interaksi antara konselor dan konseli merupakan suatu kondisi yang membuat konseli terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik. Disamping itu di katakana pula bahwa pada hekekatnya konseling itu bersifat psikologis.
Dari hakekatnya sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai proses psikologis, konseling memberikan pengalaman belajar yang baru kepada seseorang (Klien).
Dalam konseling, konselor harus mampu menciptakan interaksi konseling sedemikian rupa sehingga pada akhirnya klien memperoleh sesuatu yang baru yang belum pernah meraka miliki sebelumnya. Bilamana konselor gagal dalam memberikan pengalaman baru kepada kliennya, maka itu beraarti konseling telah gagal.
Ada enam macam pengalaman baru yang dapat diperoleh oleh klien dalam proses konseling yaitu :
  1. Mengenal konflik-konflik internal
  2. Menghadapi realitas
  3. Mengembangkan tilikan
  4. Memulai suatu hubungan yang baruS
  5. Meningkatnya kebebasan psikologis
  6. Memperbaiki konsepsi-konsepsi ysng keliru.
A. Mengenal Konflik-Konflik Internal
Melalui konseling klien di Bantu untuk menyadari bahwa masalah psikologisnya yang dihadapinya seungguhnya berada dalam dirinya, apa yang ada di luar dirinya merupakan factor yang mempengaruhi, sedangkan factor yang menentukan ada di dalam dirinya sendiri. Dengan demikian masalah-masalah yang dibawa ke konseling sebenarnya berada dalam pribadi konseli (Klien).
Ada tiga macam factor-faktor internal yang menyebabkan konflik dalam diri individu, yaitu : (1) penilaiian negative terhadap diri sendiri, (2) keharusan psikologis, dan, (3) konflik kebutuhan.
  1. Penilaiaan Negatif terhadap Diri Sendiri
Bila seseorang dihinggapi perasaan negatif terhadap dirinya, baik secara sadar ataupun tidak, maka mereka lebih mudah terkena ancaman atau gangguan dalam interaksinya dengan lingkungan.
  1. Keharusan Psikologis
Keharusan psikologis adalah pikiran dan perasaan yang secara mutlak “nebgharuskan” seseorang berbuat untuk menunjang perjalanan hidupnya. Mereka yang mempunyai keharusan psikologis ini merasa bahwa hidup ini di anggap gagal dan tidak berarti apabila tidak mencapai yang “diharuskan” itu.
Ada empat macam keharusan psikologis, yaitu :
    1. Keharusan psikolgis personal
    2. Keharusan psikologis interpersonal
    3. Keharusan psikologis social
    4. Keharusan psikologis destruktif
  1. Konflik Kebutuhan
Manusia tidak memiliki satu kebutuhan tunggal dalam hidupnya, melainkan menghadapi sejumlah kebutuhan yang harus dipuaskan. Kebutuhan-kebutuhan itu memiliki kekuatan yang sama untuk dipuaskan dan sering saling bertentangan satu dengan lainhya. Keadaan ini dapat menimbulkan ganggauan perilaku serta masalah-masalah pribadi.
B. Menghadapi Realitas
Banyak orang menghadapi masalah dalam dirinnya karena kekurang-mampunya menghdapi realitas. Mereka tidak mengetahui realitas yang sebenarnya, atau mengetahui dengan salah atau keliru, atau hanya menetahui sebagiam kecil saja.
Ada tiga hal, yang pada umunya menjadi sebab orang kurang mampu menghadapi realitas, yaitu (1) menghindar, (2) generalisasi berlebihan, dan (3) menyalahkan.
C. Emengembangkan Tilikan
Ada tiga hal yang berkenan dengan masalah kirangnya tiliksn, yaitu (1) gambaran atau kesan palsu, (2) saringan psikologis, dan (3) kebingungan.
D. Memulai Suatu Hubungan Yang Baru
Konseling memberikan peluar kepada orang untuk memperoleh suatu jenis hubungan baru yang mungkin belum diperoleh sebelumnya. Dalam konseling, klien berinteraksi dengan konselor dengan serangkaiaan wawancara konseling. Selama interaksi ini, klien akan menghayatai suatu hubungan baru yang dapat mengembangkan keadaan pribadinya. Konselor yang efektif adalah seorang yang sehat secara psikologis, peduli kepada orang lain dalam konseling, memiliki pengetahuan tentang porilaku, dan memiliki keterampilan untuk membantu orang lain. Dengan kualitas seperti itu, klie yang berinteraksi degan konselor, akan memperoleh pengalaman baru yang mungkin belum memperoleh sebalumnya atau dalam hubungan-hubungan klainnya.
E. Meningkatnya Kebebasan Psikologi
Beberapa kebebasan psikologis yang dapat dikembangkan melalui konseling antara lain :
  1. Kebebasan untuk mengakui ketidak sempurnaan diri sendiri
  2. Kebebasan untuk mempertanggungjawabkan prilaku sendiri
  3. Kebebasan untuk mengecewakan orang lain
  4. Kebebasan untuk menyatakan perasaan
F. Memperbaiki Konsepsi-Konsepsi yang Kliru
Ada beberapa konsepsi-konsepsi keliru yang banyak di bawa orang ke dalam konseling, yaitu :
  1. Konsepsi bahwa adanya masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan
  2. konsepsi bahwa janji-janji tidak dapat dibatalkan, dan harus ditepati secara pasti
  3. Konsepsi bahwa yang dihadapi adalah korban dari situasi atau orang yang bersifat merusak
  4. Konsepsi abhwa apa persepsi dan interprestasi selamanya sesuai
  5. konsepsi bahwa orang tahu persis apa yang dilakukanny.

BAB II 
KLIEN DALAM KONSELING
1. Konsep “Psychological Strength” atau daya Psikologis
Dunia pendidikan akhir-akhir ini digoncangkan oleh fenomena yang tidak menggembirakan. Berbagai peristiwa yang muncul dan memberikan pengaruh pada kehidupan peserta didik dalam hal kelainan perilaku seperti penggunaan obat terlarang, pelecehan seksual, sikap agresif, tawuran dan lain-lain. Perilaku ini merupakan manifestasi marah terhadap diri sendiri dan pihak lain dalam cara-cara destruktif seperti depresi, adiksi (narkoba, minum-minuman keras, judi), salah tempat atau orang, perilaku serampangan, pengorbanan, canggung atau kikuk, manifestasi fisik (masalah seksual, masalah kesehatan), degradasi perilaku dan perilaku agresif (sindiran, menjatuhkan orang lain, dan lain-lain). Perilaku ini muncul karena kondisi psikis yang lemah yang berdampak pada perilaku untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, tidak memiliki kompetensi intrapersonal dan interpersonal.
2. Pemenuhan Kebutuhan
Orang yang mendapatkan pemenuhan kebutuhan, akan menikmati fungsi-fungsi psikologis secara normal, terbatas dari stress dan gangguan-gangguan lainnya. Sebaliknya orang yang pemenuhankebutuhannya dalam derajat tidak memadai, kecenderungan akan banyak mengalami gangguan-gangguan psikologis dan berbeda dalam rentangan fungsi psikologis yang tergolong distress atau abnormal.
Ada beberapa amacam kebutuhan yang terkait dengan konseling, yaitu :
  1. Memberi dan menerima Kasih _ Sayang
  2. Kebebasan
  3. Memiliki kesenangan
  4. Menerima stimulasi
  5. Perasaan mencapai prestasi
  6. Memiliki harapan
  7. Memiliki ketenangan
  8. memeiliki tujuan hidup secara nyata
3. Kompetensi Intra-Pribadi
Hubungan Intra-Pribadi berkenaan dengan kompetensi yang saling berkaitan , yaitu : pemahaman diri, pengarahan diri, dan harga diri.
4. Pengertian Antar Pribadi (Interpersonal Understanding) adalah keinginan untuk mengerti orang lain. Ini adalah kemampuan untuk mendengarkan dan mengerti secara akurat pikiran, perasaan, masalah orang lain yang tidak terucapkan atau tidak sepenuhnya disampaikan. Kompetensi ini mengukur kompleksitas dan kedalaman pemahaman terhadap orang lain, juga termasuk sensitivitas antar budaya.
  1. Kepekaan Terhadap Diri Sendiri dan Orang lain
Kepekaan dan kepedulian adalah nilai yang sangat penting dipunyai seseorang. Pada nilai ini terkait banyak nilai lainnya, antara lain: kedisiplinan, kejujuran, kerendahan hati, cinta kasih, keramahan, kebaikan hati, kebijaksanaan, dan sebagainya. Kebahagiaan yang dialami seseorang sebagian besar adalah hasil kepekaan dan kepedulian orang tersebut terhadap perasaan, kesempatan, dan kebutuhan orang lain dan dunia di sekitarnya.
Untuk dapat bersikap peka dan peduli dibutuhkan tingkat kematangan kepribadian tertentu. Bagi anak kecil yang masih bersifat egosentris, yang cenderung melihat persoalan dari sudut pandang sendiri, memang masih ditemui kesulitan. Namun, bukan berarti bahwa mereka belum perlu belajar, karena secara perlahan-lahan mereka dapat mengerti bahwa orang lain mempunyai sudut pandangnya masing- masing dan kepentingannya masing-masing. Banyak anak sudah mulai dapat bersikap peka dan peduli terhadap orang lain sejak usia sangat dini.
  1. Ketegasan Diri (aasertiveness)
Kita hidup di dunia ini penuh dengan berbagai pilihan. Setiap pilihan ada konsekuensinya. Dan diperlukan sebuah ketegasan dalam mengambil keputusan itu. Dengan mempertimbangkan segala konsekuensi yang akan terjadi dan dengan pengalaman yang kita miliki,seharusnya kita bisa mengambil keputusan itu dengan bijaksana. Konsekuensinya mungkin saja ada sesuatu yang harus dikorbankan. Namun dengan perhitungan yang cermat tentunya kita bisa memilih mana yang memiliki resiko terkecil. Tentu saja pilihan yang memiliki resiko terkecil itulah yang akhirnya kita pilih. Jangan sampai pengalaman pahit yang pernah terjadi kembali terulang. Keledai saja tidak mau terperosok ke dalam lubang yang sama untuk yang kedua kalinya, apalagi kita sebagai manusia yang diberi akal tentu saja tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya.
  1. Menjadi Nyaman Dengan Diri Sendiri dan Orang Lian
Nyaman dengan diri sendiri dan dengan orang lian, mempunyai makna sebagai suatu atau kondisi psikologis yang bersifat transparan, yaitu membiarkan diri sendiri dilihat oleh orang lain dalam keadaan tertentu.
  1. Menjadi Diri Yang Bebas
Setiap orang punya pilihan dalam menjalani hidup, menginginkan yang terbaik dalam hidupnya, kebahagiaan dan keberkahan. Mengenal diri sendiri sudah jadi pengetahuan umum, bahwa setiap manusia itu terdiri dari tubuh fisik dan tubuh jiwa.
  1. Harapan Yang realistic Terhadap Diri Sendiri dan Oarang Lain
. Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah, kejadian, bertemu orang-orang baru, dsb. Reaksi individu terhadap seseorang atau pun sebuah peristiwa, amat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah, cenderung mempersepsi segala sesuatu dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari dalam dirinya lah semua negativisme itu berasal. Pola pikir individu yang kurang percaya diri, bercirikan antara lain:
Menekankan keharusan-keharusan pada diri sendiri (�saya harus bisa begini...saya harus bisa begitu�). Ketika gagal, individu tersebut merasa seluruh hidup dan masa depannya hancur.
Sulit menerima pujian atau pun hal-hal positif dari orang lain : ketika orang memuji secara tulus, individu langsung merasa tidak enak dan menolak mentah-mentah pujiannya. Ketika diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menerima tugas atau peran yang penting, individu tersebut langsung menolak dengan alasan tidak pantas dan tidak layak untuk menerimanya.
Suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri : senang mengingat dan bahkan membesar-besarkan kesalahan yang dibuat, namun mengecilkan keberhasilan yang pernah diraih. Satu kesalahan kecil, membuat individu langsung merasa menjadi orang tidak berguna. 


BAB III
KONSELOR DALAM KONSELOR
Konselor dan peneliti sependapat bahwa kepribadian seseorang konselor merupakan factor yang paling penting dalam konseling. Kepribadian konselor merupakan titik tumpuyang berfungsi sebagaipenyeimbang antara pengetahuan mengenai dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik. Kualitas kepribadian berkembang dari perpaduan yang terjadi terus-menerus antara genetika, konstitusi, pengaruh lingkungan, dan cara-cara unik orang dalam memadukan semua itu sehingga menjadi pribadi yang khas. Pendidikan dan pelatihan lanjutan lebih berpengaruh pada pertumbuhan secara kuantitatif dari kualitatif.
A. Kualitas Konselor
  1. Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri
Pengetahuan diri sendiri mempunyai makna bahwa konselor mengetahui secara baik tentang dirinya, apa yang dilakukan, mengapa melakukan itu, masalah yang dihadapi, dan masalah klien yang terkait dengan konseling. Satu hambatan yang sering terjadi dalam mewujudkan pengetahuan tentang diri sendiri adalah konselor menggunakan pertahanan yang sama dilakukan oleh klien dalam melindungi diri sendiri dari ketepatan dalam memandang dirinya dan pekerjaannya.
  1. Kompetensi (Competence)
Kompetensi mempunyai makna sebagai kualitas fisik, intelektual emosional, social, dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien. Konselor yang efektif memiliki kombinasi kompetensi pengetahuan akademik, kualitas kepribadian, dan keterampilan mambantu. Kompetensi seorang konselor juga membangkitkan kepercayaan klien dalam konselor. Semakin kompeten seorang koinselor, maka konseling semakin lebih memiliki tujuan yang spesifik dan metode pencapaiannya dengan penggunaan waktu secara efisien.
  1. Kesehatan Psikologis yang Baik
Kesehatan psikologis yang baik seorang konselor, akan mendasari pemehaman perilaku dan keterampilan, dan pada gilirannya akan mengembangkan stu daya yang positif dalam konseling.
  1. Dapat Dipercaya (trustworthhtness)
Dapat dipercaya, mempunyai makna bahwa konselor bukan sebagai suatu ancaman bagi klien dalam konseling akan tetapi sebagai pihak yang memberikan rasa aman. Satu ahambatan utama dalam perwujudan dan kepercayaan terhadap konselor adalah gangguan yang berasal dari masalah lain yang dialamu konselor.
  1. Kejujuran (Honest)
Kejujuran yang mutlak mempunyai mekna bahwa seseorang konselor harus terbuka, otentik dan sejati dalam penempilannya. Karakteristk tersebut sangat pernting dalam konseling, mengingat beberapa alas an berikut ini. Pertama, transparansi atau keterbukaan memudahkan konselor dan kilennya berinteraksi dalam suasana keakraban psikologis. Kedusa, kejujuran memungkinkan konselor untuk memberikan umpan balik yang belum diperluas. Ketiga, kejujuran konselor merupakan ajakan sejati kepada klien untuk menjadi jujur. Keempat, konselor dapat menjadi model bagaimana menjadi manusia jujur dengan cara-cara yang konstruktif.
  1. Kekuatan atau Daya (Strength)
Keberanian konselor melakuakan apa yang dikatakan oleh dirinya yang paling dalam, adapt membantu konselor dalam keseluruhan konseling. Kekuatan konselor mempunyai peranan yang penting dalam konseling, kerena memungkinkan klien merasa aman dalam konseling, kerena memunglinkan klien merasa aman dalam konseling. Konselor memerlukan daya untuk mengatasi serangan dan menipulasi klien dalam konseling.
  1. Kehangatan (Warmth)
Kehangatan mempunyai makna sebagai suatu kondisi yang mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan dapat meghibur orang lain.
  1. Pendengar yang katif (Aktive Responsiveness)
Menjadi pendenganr aktif merupakan penengah antara perilaku hiperaktif yang mengganggu dengan perilaku pasif dan kebingungan.
  1. Kesabaran
Dalam konseling, konselor dapat membiarkan situasi-situasi, berkembang secara alami, tanpa memasukkan gagasan-gagasan pribadi, perasaan, atau nilai-nilai secara premature.
  1. Keoekaan (Sensitivity)
Kepekaan memunyai makna bahwa jonselor sadar akan keharusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor sendiri. Kepekaan diri konselor sangat penting dalam konseling, karena hal itu akan memberikan rasa aman bagi klien dan klien akan lebih percaya diri manakala berkonsultasi dengan konselor yang memiliki kepakaan.
B. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Oleh Konselor Pemula
Babarapa hal yang harus diperhatikan oleh konselor pemula agar dapat berkembang menjadi konselor yang memiliki kompetensi, antara lain :
  1. Kesehatan Psikologis
  2. Merugikan Klien
  3. Tanggung Jawab Konselor
  4. Kepedulian dan Penerimaan
  5. Kurang Pengalaman
  6. Kegagalan
  7. Kesulitan Tersembunyi
C. Keraifan Sebagai Satu Kualitas Kepribadian Konselor
  1. Pengertian Kearifan
Kearifan dapat didefinisikan sebagai satu perangkat cirri-ciri kognitif dan afektif tertentu yang secara langsung terkait pada pemilikan dan perkembangan keterampilan dan pemahaman hidup yang diperlukan untuk kehidupan yang baik, pemenuhan, penyesuaiaan yang efektif, dan tilikan kepada hakekat diri, orang lain, lingkungan, dan interaksi antar pribadi.
  1. Kearifan Dibedakan dari Kecerdasan
Para peneliti dalam psikologi perkembangan telah membedakan antara kearifan dengan kecerdasan. Pengkajian perkembangan ini dimaksudkan untuk membantu dalam mendapatkan pemahaman yang lebih rinci tentang kearifan. Perkembangan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kearifan mungkin merupakan aspek yang lebih vital dari pada kecerdasan dalam konseling efektif.


BAB IV
KOGNISI DALAM KONSELING
Kognisi merupakan bagian intelek yang merujuk pada penerimaan, penafsiran, pemikiran, pengingatan, penghayatan atau penciptaan, pengambilan keputusan, dan penalaran.
A. Asumsi-asumsi yang Salah
a. Asumsi yang salah hamper dseluruhnya dipelajari, meskipun beberapa teori menyakini bahwa kesalahan asumsi didasari oleh predisposisi biologis. Proses pembelajaran yang menyebabkan asumsi salah diperoleh melalui lima cara, yaitu :
1. Melalui penga;aman langsung
2. Terjadi dengan kejadian seolah-oleh mengalami sendiri
3. Pengajaran langsung
4. Logika simbolik
5. Miskonstruksi hubungan sebab akibat
Disamping itu,, asumsi salah dapat ditimbulkan oleh kesalahan dalam berfikir. Hal-hal berikut ini merupakan beberapa kesalahan dalam berfikir yang menyrebabkan asumsi salah, yaitu :
1. Generalisasi berlebihan (over-generalization0
2. konsep semua atau tidak sama sekali
3. Pernyataan mutlak
4. Ketidak-akuratan semantic
5. akurasi waktu
6. Karakteristik
b. Karakteristik
Sumsi yang salah mempunyai beberapa karakteristik dalam hal : dimensi waktu, pola-pola, kesalahan yang mendasari, dan asumsi berbahaya dan tidak berbahaya

Dimensi waktu Asumsi salah berkenaan dengan masa lalu, sekarang dan yang vakan dating.
Pola-pola asumsi salah
Asumsi salah dikelompokkan kedalam kategori dalam bentuk yang berjenjang. Misalnya asumsi bahwa untuk mencapai sukses tertentu harus diawali dengan sukses tertentu
Hal yang mendasar kekuranga Asumsi salah selalu dapat ditelusuri ke belakang, berkenaan dengan kekurangan yang ada dalam dirinya.
Asumsi yang berbahaya dan tidak berbahaya
Semua asumsi negative selalu menimbulkan gangguan psikologis. Asumsi salah yang berbahaya dapat berupa ucapan.
c. Penolakan terhadap perubahan
Asumsi yang salah sulit diubah karena beberapa alas an yaitu ; (1) dianggap sebagai hal yang bersifat pribadi, (2) telah ada sejak kanak-kanak, (3) sudah merupakan bagian integral dengan kepribadian seseorang, (4) orang yang menghabiskan waktu seperti empat abad atau lebih.
d. Pemeliharaan
Orang memelihara asumsi salah untuk dianggap benar dalam hidup denganm cara :
  1. Tidak memberikan perhatian dengan selektif
  2. Memberikan perhatian dengan selektif
  3. Penghargaan yang dibuat-buat
  4. Meminta umpan balik
  5. Penguatan sebentar
  6. Disonansi kognitif
B. Beberapa Pertimbangan bagi Konselor
Dalam menghadapi klien dengan kasus asumsi asalah, ada beberapa hal yang harus dijadikan pertimbangan oleh konselor, antara lain :
  1. Kesabaran
  2. Reaksi yang tidak membantu
  3. Emosi
  4. Asumsi yang tidak di sadari
  5. Validitas
  6. Berbagai asumsi
  7. menyembunyikan asumsi
  8. Menghilangkan asumsi
  9. melibatkan konselor dalam masalah
  10. Membuktikan asumsi salah
  11. Kenyataan yang baru


BAB V
EMOSI DALAM KONSELING
1. Pendahuluan
Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap perilaku individu, yang berupa perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu. Interaksi antara kognisi, emosi, dan tindakan, mencerminkan satu system hubungan sebabakibat.
Reaksu emosi dapat secara akurat dan berkembang tidak akurat dan diinterpretasikan apabila tidak memahami perkembangan individu, karena atara kognisi, emosi dan motorik merupakan suatu system yang berpengaruh secara timbale balik.
Kata “Emosi” berasal adari bahasa Latin “emovere”, yang artinya “Bergerak keluar”. Maksud setiap emosi adalah untuk menggerakkan individu untuk menuju rasa aman dan pemenuhan kebutuhannya, serta menghindari sesuatu yang merugikan dan menghambat pemenuhan kebutuhan.
2. Sakit Hati
Rasa sakit hati (hart) adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika terluka secara psikologis yang mengakibatkan gangguan mental, sehingga menimbulkan berbagai konflik dan rasa marah
Reaksi-reaksi Konstruktif dan Destruktif
Dalam proses konseling konselor dapat membantu klien untuk memberikan reaksi konstruksi terhadap rasa sakit hati dalam cara-cara pertumbuhan yang produktif. Disamping timbulnya reaksi konstruksitif, sakit hati dapat menimbulkan reaksi-reaksi desduktif yaitu menimbulkan gangguan atau hambatan dalam keseluruhan perilakunya.
3. Takut (Fear)
Rasa takut timbul dari antisipasi terhadap ancaman fisik atau psikologis spesifik. Ancaman psikologis merupakan sumber utama timbulnya rasa takut yang dibawa pada umumnya oleh klien ke dalam konseling. Ada empat ketakutan yang dibawa klien dalam proses konseling, yaitu (1) Takut terhadap kedekatan (fearofintimacy), (2) Taku terhadap penolakan (fear of refection), (3) Takut terhadap kegagalan (fear of failure), (4) Takut terhadap kebahagiaan (fear of happiness)
4. Marah (Anger)
Banyak orang yang telah diajarkan bahwa marah itu merupakan suatu emosi negative, sehingga berusaha untuk menghapus atau menghindarinya.
  1. Penyebab dan Tujuan
Marah disebabkan oleh dua hal, yaitu : pertama terjadi saat adanya halangan dalam mencapai pemuasan suatu kebutuhab, dan kedua, terjadi ketika dalam proses pemenuhan kebutuhannya mendapat hambatan dari dirinya sendiri. Tujuan pada pihak lian adalah menggrakkan individu menimbulkan hambatan dalam pemenuhan kebutuhan, atau memindahakan orang dari situasi di mana kebutuhan tidak terpenuhi.
  1. Manifestasi Marah Terhadap Diri Sendiri
Ada babarapa manifestasi marah terhadap diri sendiri dalam cara-cara destruktif, yaitu :
1. Depresi
2. Adiksi
3. Salah tempat dan orang
4. Perilaku serampangan
5. Pengorbanan
6. Canggg atau Kikuk
7. Manifestasi fisik
8. Degradasi perilaku
  1. Manifestasi Marah terhadap pihak Lain
Seperti halnya marah terhadap diri sendiri, marah terhadap pihak lian dapat dimanifestasikan dengan cara-cara destruktif sebagai berikut :
1. Moralism
2. Hostile Talk (Sindiran)
3. Shuting Down (menjatuhkan orang lain)
4. Purposeful Ineptness (kecanggungan bertujuan)
5. Victimizing (membuat korban)
6. Ambushing (penyerangan)
7. Passivity (bersikap pasif)
8. Getting Sick (Mnejadi sakit)
  1. Rasa Bersalah (Guilt)
Rasa bersalah adalah perasaan tidak nyaman/gundah atau malu pada saat seseorang melakukan kesalahan, keburukan atau amoral. Rasa bersalah dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan perbaikan perilaku pada saat menghadapi suatu permasalahan di masa yang kana dating.


BAB VI
MOTIVASI KONSELING
1. Pengantar
Sebagaimana telah dikemukakan dalam bagian terdahulu, bahwa dalam lingkup kegiatan konseling, konselor memegang peranan yang amat penting dan strategis.
2. Konsep Motivasi
Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong untuk melakukan tidakan yang terarah kepada pencapaiaan suatu tujuan. Dalam bentuk yang sederhana, motivasi dapat digambarkan dalam kerangka :
Motif – perilaku – tujuan
Dari bentuk perwujudannya, ada beberapa bentuk perilaku defense sebagai reaksi frustasi yang disebut :
1. Sarionalisasi
2. Proyeksi
3. Kompesensi
4. Regresi
5. Menarik diri
6. Represi
7. Agresi
8. Sublimasi
9. Cemas tak berdaya
3. Teori Motivasi
Teori-teori motivasi dapat dikategoirikan menjadi tiga kelompok, yaitu, teori dengan pendekatan; (1) isi Content), (2) proses, (3) penguatan
  1. Teori jenjang Kebutuhan (A. Maslow)
Menurut teori ini, ada lima tingkatan kebutuhan dalam diri manusia mulai dari yang paling dasar sampai ke yang paling tinggi, yaitu kebutuhan jasmani (biologis), kebutuhan memperoleh rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan memperoleh harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kalmia jenis kebutuhan itu merupakan jenjang yang saling terkait, dan mendorong individu untuk melakukan berbagai tindakan.
  1. Teori Motif Berprestasi (MeCelland)
Menurut Mecelland, pada dasarnya dalam diri setiap orang terdapat kebutuhan untuk melakukan perbuatan dalam memperoleh hasil yang sebaik-baiknya
  1. Teori Penguatan (Skinner)
Menurut teori ini, kuat atau lemahnya dorongan bagi seseorang melakukan suatu tindakan banyak tergantung pada factor-faktor yang memperkuat atau memperlemah dari hasil tindakannya.
  1. Prinsip-prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan adalah antara lain :
1. Prinsip kopetensi
2. Prinsip Pemacu
3. Prinsip Ganjaran dan Hukuman
4. Kejelasan dan Kedekatan Tujuan
5. Pemahaman Hasil
6. Pengembangan Minat
7. Lingkungan yang Kondusif


BAB VII
KOMUNIKASI DALAM KONSELING
1. Pengantar
Konseling pada dasarnya melibatkan komunikasi antara dua pihak yaitu konselor dank lien (konseli) yang berlangsung dalam situasi konseling. Keberhasilan lonseling sangat ditentukan oleh keefektifan komunikasi di antara partisipasipan konseling yaitu konselor dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif untuk menunjang pelaksaan konseling.
2. Apakah kominukasi itu
Komunikasi merupakan landasan bagi berlanggsungnya suatu konseling. Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pemindahan informasi antara dua orang atau lebih, dengan menggunakan symbol-simbol bersama. Komunikasi sekurang-kurangnya melibatkan dua partisipasipan yaitu pemberi dan penerima.
3. Keterampilan-keterampilan komunikasi
1. Keterampilah Pertama : PENGHAMPIRAN
Penghampiran (attending), merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses komunikasi yang bersifat dialogis, karena penghampran seolah-oleh merupakan pembuka pintu pertama untuk memulai suatu komunikasi dialogis.
2. Keterampilan Kedua : EMPATI
EMPATI mempunyai makna sebagai suatu kesadiaan untuk memahami orang lain secara paripurna baik yang nampak maupun yang tegantung khususnya dalam aspek perasaan, pikiran, dan keinginan.
3. Keterampilan Ketiga : MERANGKUMKAN
Keterampilan ini dinyatakan dalam bentuk pemberian respon dengan membuat rangkuman secara tepat terhadap semua materi yang diungkapkan.
4. Keterampilan Keempat : BERTANYA
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan strtegis dalam komunikasi konseling, sebab dapat menentukan kelancaran proses konseling.
5. Keterampilan Kelima : KEJUJURAN (Genuineness)
Dalam komunikasi konseling, konselor selaku komunikator harus mampu menunjukkan kajujuran dari apa yang diungkapkannya sehingga dapat memberikan pesan secara obyektif
6. Keterampilan Keenam : ASERTIF
Asertif adalah suatu tindakan dalam memberikan respon kepada tindakan orang lain dalam bentuk mempertahankan hak azasi sendiri yang mendasar, tanpa melanggar hak azasi orang lain yang mendasar.
7. Keterampilan Ketujuh : KONFRONTASI
Keterampilan konrfontasi digunakan untuk memberikan respon terhadap psean seseorang yang mengandung pesan ganda yang tidak sesuai atau saling bertentangan satu dengan lainnya.
8. Keterampilan Kedelapan : PEMECAH MASALAH
Keterampilan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam komunikasi konseling untuk membantu klien dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Ada tujuh tahapan yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah, yaitu :
1. Menjajagi Masalah
2. Memahami masalah
3. Membatasi masalah
4. Menjabarkan alternative
5. Mengevaluasi alternative
6. Memilih alternative terbaik
7. Menerapkan alternative
4. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi sejati dan manusiawi diantara komunikasi lainnya. Komunikasi dengan menggunakan teknologi media pada dasarnya hanyalah merupakan hasil upaya manusia dalam mengatasi atau meningkatkan kemampuan atau daya jangkau terhadap sasaran yang ingin di capai, karena masalah geografis, waktu dan biaya. Namun efektifitas berbagai bentuk komunikasi mutakhir apapun umumnya harus ditindak lanjuti oleh komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi memiliki makna sendiri dan segi-segi psikologos unik, karena komunikator dan komunikan menyaksikan reaksi langsung dari proses komunikasinya.
1. Persepsi dalam Komunikasi Antar Pribadi
Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya. Persepsi dipengaruhu beberapa factor antara lain : (1) harapan individu, (2) kesan pertama, (3) kesan kelompok, (4) derajat kesamaan perilaku orang lain, (5) konsistensi (ketetapan) perilaku dalam barbagai situati, (6) motivasi internal dan eksternal.
2. Menyimak dalam Komunikasi Antar Pribadi
Menyimak merupakan ketrampilan yang sangat diperlukan dalam proses komunikasi antar pribadi. Menyimak dapat dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang diwujudkan dalam bentuk proses mengirimkan kemabali kepada pembicara mengenai pikiran, mengenai isi dan perasaan pembicara.
Fungsi menyimak dalam komunikasi dalam komunikasi antar pribadi adalah sebagai bentuk memperoleh: rasa senang, infortmasi, dan bantuan. Sedangkan maksud menyimak adalah untuk: (1) membuat pendengar mengecek pemahaman secara tepat, (2) menyatakan penerimaan perasaan pembicara, (3) merangsang pembicara agar memperluas perasaan dan pikiran, (4) memberitahukan kepada pembicara mengenai reaksi pendengar, (5) memberikan bimbingan kepada pembicara untuk menyesuaikan isi pesan-pesannya.
Menyimak yang efektif dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
1. Berhenti bicara
2. Tempatkan pembicara dengan mudah
3. Bereaksi secara baik
4. Konsentrasi pada apa yang sedang dibicarakan
5. Jangan terlalu tergesa-gesa memberikan tafsiran
6. Berbagi tangguing jawab dalam komunkasi
7. Ungkapan dengan cara yang benar
8. Menyatakan pemahaman
9. Mengajukan pernyataan
10. Bersikap secara baik seperti: bersahabat, sopan, terbuka, sensitif, dsb.
3. Keefektifan Komunikasi Antar Pribadi
Keefektifan komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Keterbukaan, yaitu kesediaan membuka diri, mereaksi kepada orang lain, merasakan pikiran dan perasaan orang lain
2. Empati, yaitu menghayati perasaan orang lain
3. Mendukung, yaitu kesediaan secara spontan untuk menciptakan suasana yang yang bersifat mendukung
4. Positif
5. Keseimbangan
6. Percaya diri
7. Kesegaran
8. Menajeman interaksi
9. Pengungkapan
10. Orientasi kepada orang lain
5. Membuka Diri
Membuka diri merupakan tindakan dengan menunjukkan diri sendiri, sehingga membuat orang lain menjadi mengenal diri sendiri. Suatu tindakan dapat disebut membuka diri apabila memiliki karakteristik : (1) diri sendiri sebagai isi, (2) disengaja, (3) diarahkan kepada orang lain. (4) jujur, (5) membuka pikiran, (6) berisi informasi yang tidak terdapat dalam sumber lain, dan (7) berlangsung dalan suasana keakraban.
6. Perilaku Komunikasi Non-Verbal
keterampilan komunikasi nonverbal atas empat keterampilan yakni perilaku komunikasi nonverbal mengggunakan waktu terdiri atas mengenali waktu dan prioritas waktu; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan tubuh terdiri atas kontak mata, mata, kulit, postur tubuh, ekspresi wajah, tangan dan pergerakan lengan, perilaku diri, pengulangan perilaku, sinyal atau aba-aba, menarik perhatian; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan media suara terdiri atas nada suara, kecepatan berbicara, kerasnya suara, gaya berbicara; dan perilaku komunikasi nonverbal menggunakan lingkungan terdiri atas pengaturan jarak, pengaturan seting fisik, terkesan mahal berlawanan dengan kesan jorok terdiri atas pakaian yang digunakan dan posisi dalam ruangan konseling.



BAB VIII
TEKNIK DALAM KONSELING
1. Persiapan untuk konseling
1. Kesiapan untuk konseling
Kesiapan merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi sebelum kliem mambuat hubungan konseling. Kesiapan klien untuk konseling ini ditentukan berbagai beberapa factor, yaitu : (1) motivasi untuk memperoleh bantuan, (2) pengetahuan klien tentang konseling, (3) kecakapan intelektual, (4) tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri, (5) harapan-harapan terhadap peranan konselor, (6) system pertahanan dirinya.
  1. Metode Penyiapan Klien
Penyiapan klien
(a) Orientasi pra konseling
(b) teknik survey terhadap masalah klien;
(c) memberikan informasi pada klien;
(d) pembicaraan dengan berbagai topik;
(e) menghubungi sumber-sumber referal.
  1. Psikodiagnosis
Diaknosis psikologis secara umum berarti pernyataan tentang masalah klien, perkiraan sebab-sebab kesulitan, kemungkinan teknik-teknik konseling untuk memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil, konseling dalam bentuk tingkah laku klien di masa yang akan datang.
2. Teknik-teknik hubungan
  1. Teknik Repport
“En rapport” mempunyai makna sebagai suatu konsdisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama
  1. Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu)
  1. Teknik-teknik Penerimaan
Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses konseling.
  1. Teknik Menstrukturkn
Yang dimaksud dengan teknik structuring atau menstrukturkan adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakekat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada khususnya.
  1. Diam Sebagai suatu Teknik
Diam dapat mempunyai barbagai makna antara lian ;
(a) penolakan atau kebingungan klien
(b) klien atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu-ragu mengatakan apa selanjutnya
(c) kebingungan yang didorong oleh kecemasan atau kebencian
(d) klien sedang memikirkan apa yang dikatakan
  1. Teknik-teknik Memimpin
Istilah memimpin dalam proses konaseling mempunyai dua arti. Pertama, menunjukkan keadaan di mana konselor berada didepan atau disamping pikiran klien. Kedua,keadaan dimana konselor mengarahkan pemikiran klien kepada penerimaan kerkataan konselor.
  1. Memberikan Jaminan
Hakekak memberikan jaminan ini adalah semacam pemberian ganjaran di masa yang akan dating.
  1. Ketrampilan Mengakhiri
Katerampilan mengakhiri wawancara konseling merupakan teknik hubungan dalam proses konseling.
3. Masalah-masalah Khusus Tentang hubungan
  1. Pemindahan
Secara psikoanalisa pemindahan merupakan salah satu proses di mana sikap klien sebelumnya dinyatakan kepada orang lain atau secara tidak sadar diproyeksikan kepada konselor.
  1. pemindahan Balik
pemindahan balik merupakan reaksi emosional dan proyeksi konselor terhadap klien, baik yang disadari maupun tidak disadari.
  1. Resistensi atau Penolakan
Resistensi merupakan suatu karakteristik system pertahanan klien yang berlawanan dengan tujuan konseling atau terapi.
4. Teknik-teknik Interpretasi
  1. Hakekat Interpretasi
Interpretasi, dapat diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti kepada klien.
  1. Taknik Interpretasi
Tahap-tahap Interpretasi
1) Refleksi perasaan
2) Klarifikasi
3) Refleksi
4) Konfrontasi
5) Interpretasi
  1. Tipe-tipe Interpretasi
Karl Menninger memberikan deskripsi mengenai berbagai tipe interpretasi berdasarkan urutan waktu dalam psikotrapi. Tipe-tipe tersebut adalah :
1) Interpretasi persiapan
2) interpretasi riil (isi)
3) Interpretasi resistensi
4) Interpretasi pemindahan
5) Interpretasi ulangan
  1. Metode Interpretasi
Adapun metode-metode umum interpretasi adalah ;
a) Pendekatan tentative
b) Asosiasi bebes
c) Interpretasi dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang lunak atau halus
d) Pertanyaan-pertanyaan interpretasi
5. Penggunaan Nasihat, Informasi dan Tes
  1. Naihat dalam Konseling
Nasihat merupakan bentuk psikoterapi dan konseling yang paling tua, dan tujuannya adalah untuk mengalihkan sikap dan perilaku klien
  1. Tes dan Observasi dalam Konseling
Bagi konselor tes membantu dalam menelaah dan mendianogsa karakteristik dan masalah kepribadian klien dengan tujuan untuk memberi informasi yang berguna tentang kepribadiannya sendiri. Ada tiga fungsi penggunaan tes dalam konseling yaitu : (1) sebagai alat diagnostic, (2) menemukan minat dan nilai, dan (3) membuat prediksi tingkah laku.
  1. Prinsip-prinsip Penggunaan Tes dalam Konseling
Dalam menggunakan tes untuk psoses konseling hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Mengetahui tes secara menyeluruh
2. Penjajangan terhadap alas an klien menginginkan tes dan pengalaman klien dalam tes-tes yang pernah dialaminya.
3. Perlu pengaturan pertemuan inpretasi tes agar klien siap untuk menerima informasi
4. Arti skor tes harus dibuat secepatnya dalam diskusi
5. Kerangka acuan hasil tes hendaknya dibuat dengan jelas
6. Hasil tes selalu terjabarkan


BAB IX
MANAJEMEN RUANG DAN WAKTU UNTUK KONSELING
Apakah manajeman ruang? Mengapa manajemen ruang diperlukan dalam upaya meningkatkan motivasi dan produktifitas klien dalam konseling. Manajen ruang diartikan sebagai suatu upaya untuk menyelaraskan antara keadaan pribadi individu dengan ruang tempat ia berada dalam mencapai perkembangan optimal.
1. Ruang Fisik
Ruang fisik adalah unsur lingkungan fisik yang langsung atau tidak langsung berinteraksi dan mempengaruhi perilaku individu. Adapun unsure-unsur ruang fisik yang perlu dikelole secara efektif adalah antara lain :
  1. Tata letak
  2. Iluminasi (penerangan)
  3. Atmosfir
  4. Warna
  5. Suara
  6. Kebersihan dan Estetika
  7. Kesadaran dan Kepadatan
2. Ruang Pribadi/Sosial
Ruang pribadi/social adalah suatu ruang psikologis yang dipersepsi dan dihayati oleh seorang individu dalam kaitan interaksi dengan individu lain. Ada tiga unsur yang termasuk ruang pribadi/social ini yaitu :
  1. Teritorialitas
Teritorialitas adalah persepsi seorang individu terhadap kawasan wilayah psikologis, yang diakui sebagai miliknya untuk mewujudkan kedaulatan pribadinya.
  1. Privacy
Privacy adalah suatu persepsi dan penghayatan individu terhadap jaminan keamanan dirinya pribadi.
  1. Zona Pribadi
Zona pribadi persepsi individu ruang tetang jarak antara pribadi dengan pihak lian dalam berinteraksi. Dilihat dari jauh dekatnya jarak, ada empat tingkatanm zona pribadi yaitu :
(1) Zona intim
(2) Zona personal
(3) Zona sosial
(4) Zona umum
3. Ruang Waktu
Pada dasarnya, waktu adalah ruang hidup manusia di mana di dalamnya mereka berperilaku. Waktu merupakan unsure yang ikut mempengaruhi perilaku individu dalam lingkungan kerja. Oleh karena itu individu harus mampu mengelola waktu secara efektif sehingga dapat bekerja secara produktif dalam suasana yang nyaman. Ruang waktu ini adalah mencakup pengaturan waktu, jadual kerja, dan pengaturan istirahat. Bagaimana mengelola waktu dengan seefektif mungkin, disebut sebagai manajeman waktu.
Manajeman waktu dalam konseling merupakan suatu tindakan dalam memanfaatkan dan mengendalikan waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga mencapai hasil seoptimal mungkin.
Dalam upaya mengembangkan keterampilan manajeman waktu, hl mendasar yang harus dikuasai oleh konselor ialah memaham,I pola-pola perilaku dan sikap spesifik yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan sehari-hari dengan kegiatan pada umumnya. Adapun pola-pola perilaku dan sikap yang biasanya erat kaitannya dengan manajeman waktu antara lian :
1. Pemberikan prioritas terhadap tugas yang harus dikerjakan
2. Pendelegensia tanggung jawab
3. Menggunakan kalenderdalam menata komitmen
4. Mengurai tugas-tugas yang tidak perlu/penting
5. Kecakapan menghindari penundaan



BAB X
“WELLNESS”: KONSEP KESEHATAN MENTAL DALAM KONSELING
Secara bebas “wellness” dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “kesehatan”, “keunggulan”, “kesempurnaan”, “paripurna”, atau “kebaikan”, akan tetapi dilihat dari makna konseptualnya terjemahan tersebut dirasakan kurang tepat. “Wellness” merupakan suatu kondisi yang lebih luas dan menyeluruh dibandingkan dengan konsep “sehat” atau “baik”. Dalam pengetian “wellness”, kondisinya tidak hanya sehat jasmani atau mental, akan tetapi kepribadian secara keseluruhan sebagai suatu refleksi dengan dunia luar. Dengan demikian, “wellness” merupakan konsep “sehat” yang bersifat multi dimensional.
Nicholas dan Goble (1989) mengemukakan system model “wellness” yang dimultidimensional menekankan empat prinsip yaitu :
1. Sehat itu multidimensial
2. Sehat itu variable/dinamis dan tidak statis
3. Sehat itu mengatur sendiri dalam setiap dimensi kehidupan
4. Sehat itu mengatur sendiri antar dimensi kehidupan
Archer, Probert dean Gage (1987) mendefinisikan “wellness” sebagai proses dan keadaan suatu pencapaiaan fungsi-fungsi manusiawi secara maksimum yang mencakup aspek-aspek badan, jiwa, dan kesadaran.
Spritualitas, merupakan tugas hidup pertama dan yang paling inti dan sentyral dalam kebutuhan “wellness”.
Tugas hidup yang kedua adalah regulasi diri, yaitu tuugas-tugas untuk mengatur diri sendiri agar mampu hidup secara baik dan sehat.
Tugas hidup yang ketiga adalah pekerjaan. Pekerjaan sebagai tugas hidup, diharapkan dimiliki oleh setuiap orang dalam menunjang kelangsungan hidupnya secara sehat.
Tugas hidup yang keempat adalah persahabatan, yaitu hubungan social antara individu dalam masyarakat yang berdasarkan komitmen satu dengan yang lain atas dasar keakraban dan saling pengertian.
Selanjutnya “wellness” dikembangkan dengan tugas hidup yang leima, yaitu “cinta”, dimana kesehatan kita diasuh dalam hubungan pernikahan atau hubungan emosional yang intim melalui kepercayaan, pemeliharaan, dan kerjasama.
Tugas-tugas hidup itu diharapkan dengan berbagai tantangan dalam berbagai dimensi kehidupan yang me;iputi: keluarga, agama, pendidikan, masyarakat, media, pemerintaha/politik, dan dunia usaha/industri. Ketujuh dimensi tersebut masing-masing memberikan tantangan dan tuntutan bagi individu untuk mampu melaksanakan tugas-tugas hidup secara tepat dan bermakna agar dapat mewujudkan keseimbangan sehingga mencapai “wellness”